TAK SEKADAR TEORI, MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES ST. ELISABETH HADAPI REALITA DAN HARU DI LAPANGAN

Maumere, Berita STIEKS ST. ELISABETH – Kepala Bidang Keperawatan Rumah Sakit St. Gabriel Kewapante, Siti Marlin, AMK, memberikan pengarahan kepada mahasiswa D3 Keperawatan STIKES St. Elisabeth Maumere yang sedang menjalani praktik di rumah sakit tersebut pada senin (29/09/2025)

Ketika diwawancarai, Marlin menegaskan bahwa kehadiran mahasiswa praktikan tidak hanya bermanfaat bagi pembelajaran mereka, tetapi juga membantu meringankan beban kerja tenaga kesehatan. “Mahasiswa bisa membantu perawat maupun dokter dalam pelayanan dasar keperawatan, seperti: membantu pemenuhan kebutuhan dasar personal hygiene pasien, mendukung pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien , hingga mengontrol tanda-tanda vital pasien yang meliputi suhu tubuh, denyut nadi, tekanan darah, dan saturasi oksigen. Semua dilakukan sesuai kompetensi di bawah bimbingan clinical instructor,” ujar Siti Marlin, AMK.

Sementara itu, bagi mahasiswa D 3 Keperawatan STIEKS St. Elisabeth, pengalaman praktik ini menjadi kesempatan berharga untuk menghubungkan teori dan kenyataan di lapangan. Victoria Sri Mulyani, mahasiswa D3 Keperawatan, mengaku praktik di Rumas Sakit St. Gabriel Kewapante memberinya perspektif baru. “Saat di kampus kami belajar teori, tapi praktik nyata jauh lebih kompleks. Saat di kampus, kami memang belajar banyak teori, namun saat turun langsung ke lapangan, saya menyadari bahwa praktik nyata jauh lebih kompleks. Tidak semua yang kami pelajari di ruang kelas bisa langsung diterapkan begitu saja. Di lapangan, kami harus belajar menyesuaikan diri, berpikir cepat, dan tetap tenang dalam berbagai situasi. Saya juga belajar bahwa sikap ramah, sopan, dan teliti sangat dibutuhkan saat berhadapan langsung dengan pasien maupun tenaga kesehatan lain,” katanya.

Victoria menambahkan bahwa pengalaman langsung di Rumah Sakit dan Puskesmas membawanya pada momen reflektif. “Dulu, saat masih kecil, saya sering melihat perawat datang ke sekolah, berbicara tentang kesehatan, memberi edukasi, dan memberi semangat untuk hidup sehat. Waktu itu saya hanya bisa mendengar dan mengagumi mereka. Tapi hari ini, saya berdiri di posisi itu. Saya adalah perawat yang kini menyampaikan edukasi itu. Perasaan bangga dan haru bercampur jadi satu, karena ternyata perjalanan panjang dari bangku sekolah hingga ke jenjang profesi ini benar-benar membawa saya ke titik yang pernah saya impikan. Saya belajar bahwa peran perawat tidak hanya tentang tindakan medis, tapi juga menjadi agen perubahan, pembawa pengetahuan, dan pemberi harapan bagi masyarakat. Dan saya bersyukur karena kini, saya menjadi bagian dari itu,” ujarnya haru.

Hal senada dirasakan Yosep Yoti Mosa, mahasiswa D3 Keperawatan. Ia menyebut tantangan terbesar adalah menghadapi pasien yang mengalami nyeri hebat. “Tantangan yang paling dirasakan oleh saya yakni ketika menghadapi pasien yang tidak bisa mendengar, dan merasakan nyeri hebat di area luka. Di situ, saya belajar untuk mengelola emosi dan empati melalui dengan tetap tenang, sabar, dan penuh empati saat menghadapi pasien dengan kondisi sulit. Empati menjadi kunci saat saya berhadapan dengan pasien dalam kondisi sulit,” kata Yosep.

Melalui praktik ini, mahasiswa STIKES St. Elisabeth Maumere diharapkan tidak hanya menguasai keterampilan teknis, tetapi juga membentuk karakter empatik dan profesional, sesuai peran perawat sebagai agen pelayanan sekaligus pembawa harapan bagi masyarakat. (Penulis: Christian Romario/ Dokumentasi: Siti Marlin, AMK).