SEMINAR KEPERAWATAN DASAR STIKES ST. ELISABETH MAUMERE AJANG PERTEMUAN AKU DAN ENGKAU

Suasana ruang seminar di Kampus STIKes St. Elisabeth Keuskupan Maumere tampak hidup pada pertengahan Oktober. Mahasiswa tingkat II Program Diploma III Keperawatan saling bergantian mempresentasikan hasil praktik klinik keperawatan dasar mereka, disaksikan oleh para Clinical Instructor (CI) dari Puskesmas Bola dan RS. St. Gabriel Kewapante, serta para dosen.

Seminar itu memberi kesan tersendiri bagi para mahasiswa-mahasiswi. Salah satunya Agavitha Paskalinda Woga yang melihat pengalaman itu bukan sekadar rutinitas akademik.

“Selama seminar berlangsung, saya mendapatkan banyak pengetahuan baru, terutama dari materi yang disampaikan. Kegiatan ini menambah wawasan, kepercayaan diri, dan kemampuan kami berbicara di depan umum,” ujarnya penuh semangat.

Nada yang sama terdengar dari Vica, rekan satu angkatan. Ia menceritakan bahwa di balik lancarnya kegiatan, ada kisah perjuangan kecil yang menjadi pelajaran besar.

“Pelaksanaan seminar hari ini menjadi momen berharga sekaligus penuh pembelajaran bagi kami. Setelah sempat tertunda karena kendala di kelas kami kemarin, kami ditantang dosen untuk bangkit dan menyusun ulang segala persiapan, menentukan waktu yang tepat, menjalin komunikasi dengan CI, dan memastikan semuanya berjalan baik. Dari situ, kami belajar bahwa waktu adalah sesuatu yang tak bisa dianggap enteng, kedisiplinan dan tanggung jawab harus selalu diutamakan”, ujar Vica.

Kendati demikian, seminar keperawatan dasar  yang telah menjadi ruang eksistensial, di mana mahasiswa mengalami dirinya sendiri antara gugup dan percaya, antara takut salah dan berani tampil, antara teori dan kehadiran nyata, mendapat apresiasi dan dorongan untuk terus tumbuh dari para Clinical Instruction (CI) dari RS. St Gabriel Kewapante dan Puskesmas Bola yang hadir pada kesempatan seminar tersebut yang digelar pada 15, 16, dan 22 Oktober 2025. Ns. Gema, salah satu pembimbing dari Puskesmas Bola, menilai mahasiswa telah menunjukkan kemampuan presentasi dan penguasaan materi yang baik .

“ade-ade memiliki kemampuan mempresentasikan. Penguasaan materi bagus tetapi mungkin setiap anggota kelompok dilibatkan untuk menjawab pertanyaan. Dalam penyusunan laporan sudah bagus tetapi tetap membutuhkan bimbingan,” katanya.

Lalu, Ns. Tris menambahkan pentingnya sikap fokus dan proaktif dalam setiap sesi, sedangkan Ns. Novi menekankan bahwa kegiatan ini menjadi momentum peningkatan kualitas dan pengetahuan mahasiswa. “semoga dengan adanya seminar, ilmu pengetahuan menambah kualitas mahasiswa”, ujarnya menutup testimoni dari para CI Puskesmas Bola

Sementara itu, dari RS St. Gabriel Kewapante, Zr. Odes juga memberi catatan konstruktif. seminar praktik keperawatan dasar hari ini cukup baik. Dari mahasiswa sudah ada persiapan materi dan pelaksanaan tindakan. Perlu ditingkatkan lagi pemahaman dalam penyusunan askep. Tingkatkan komunikasi dan keterampilan.”

Masukan itu diterima positif oleh mahasiswa STIKES St. Elisabeth Keuskupan Maumere. Hensiana Raga salah satunya. Mahasiswi D 3 Keperawatan ini menilai setiap koreksi menjadi energi baru.

” Teman-teman yang memaparkan materi ini luar biasa karena mereka telah menyiapkan materi dan juga simulasi yang cukup baik. Meski ada beberapa perbaikan dan masukan, akan tetapi saya berharap itu menjadi motivasi dan menambah semangat serta pengetahuan untuk kami semua”, ucapnya.

Sementara itu, Kepala Prodi D 3 Keperawatan Antonia Rensiana Reong menegaskan kegiatan seminar ini sebagai wadah pembentukan sikap profesional dan kematangan pribadi.

“Kami melihat mahasiswa mulai berani mengemukakan pendapat, lebih percaya diri dalam menjelaskan kasus, dan menunjukkan kemampuan berpikir kritis. Nilai terpenting bukan hanya di hasil presentasi, tetapi juga di proses yang mereka jalani. Belajar mendengar, berkoordinasi, dan menghargai pendapat orang lain,” ungkap Kepala Prodi D3 Keperawatan tersebut.

Kegiatan seminar ini, dengan segala dinamika dan refleksinya, menjadi ruang eksistensial di mana mahasiswa belajar menemukan dirinya di tengah dunia orang lain. Sebuah ruang perjumpaan yang, meminjam istilah Filsuf Martin Buber, adalah perjumpaan “Aku dan Engkau.” Atau Das Zwischenmenschliche (Sesuatu yang berada di antara manusia). (Christian Romario)