Ringkasan Jurnalisme Medis
đź”´ STIKes St. Elisabeth Kesukupan Maumere mengadakan praktik perakitan komputer bagi mahasiswa Informatika Medis
đź”´ Mahasiswa belajar mengenali dan merakit komponen komputer sebagai bekal memahami sistem teknologi kesehatan.
đź”´ STIKes St. Elisabeth menegaskan diri sebagai kampus yang adaptif terhadap kemajuan teknologi di bidang kesehatan.
Ilmu tanpa praktik ibarat pisau tanpa asahan. Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dalam dunia kesehatan, kemampuan menguasai perangkat dan sistem informasi menjadi kebutuhan utama tenaga kesehatan masa depan. Data pasien, sistem informasi rumah sakit, hingga rekam medis elektronik semuanya bergantung pada pemahaman teknologi yang kuat.
Menjawab kebutuhan tersebut, Program Studi Informatika Medis STIKes St. Elisabeth Keuskupan Maumere mengadakan kegiatan praktik perakitan komputer (PC) pada Sabtu (11/10/2025), yang dibimbing langsung oleh Dominikus Leing sebagai instruktur.

Kegiatan ini bukan sekadar belajar teori, tetapi merupakan bagian dari pendekatan pembelajaran aplikatif yang menumbuhkan kemampuan berpikir analitis, teliti, dan solutif. “Kegiatan ini dirancang agar mahasiswa tidak hanya memahami cara menggunakan komputer, tetapi juga tahu bagaimana sistem itu bekerja dari dalam. Dengan begitu, mereka akan lebih siap menghadapi tantangan teknologi dalam dunia kesehatan modern,” jelas Dominikus Leing sebagai pendamping kegiatan.
Selama kegiatan, para mahasiswa dibimbing untuk mengenali setiap komponen komputer mulai dari prosesor, RAM, motherboard, sistem daya, hingga instalasi windows. Mereka belajar menyusun, menghubungkan, dan memastikan setiap bagian terpasang dengan benar hingga komputer berhasil menyala. “Hal paling menarik bagi saya adalah ketika komputer yang saya rakit bisa menyala dan berjalan dengan baik. Di situ saya merasa bangga karena hasil kerja keras kami membuahkan hasil,” ujar Tirsa Dalle, mahasiswa Informatika Medis.

Namun proses belajar tidak selalu berjalan mulus. Tantangan muncul ketika komputer gagal menyala karena kesalahan kecil dalam pemasangan kabel. Alih-alih frustrasi, para mahasiswa justru belajar menumbuhkan kesabaran, ketelitian, dan semangat pantang menyerah.“Kami harus teliti sekali memastikan semua komponen cocok dan benar. Kadang komputer tidak menyala karena hal kecil, tapi dari situ kami belajar berpikir kritis, tidak sleep mode dan memperbaiki kesalahan dengan sabar,” tambah Tirsa.
Sementara itu, Ayu Nggata, mahasiswa lain yang baru pertama kali mengikuti kegiatan seperti ini, menuturkan bahwa pengalaman tersebut memperluas wawasan dan rasa percaya dirinya. “Saya baru pertama kali merakit PC, dan ini pengalaman yang menarik sekaligus menambah pengetahuan. Saya jadi tahu tata letak dan fungsi setiap alat di dalam komputer. Ini bukan hanya praktik teknis, tapi juga pengalaman belajar yang membentuk kepercayaan diri,” ungkap Ayu.
Menurut Dominikus Leing, proses seperti ini merupakan inti dari pembelajaran berbasis praktik di STIKes St. Elisabeth.“Kami ingin mahasiswa Informatika Medis memahami teknologi dari hulu ke hilir. Mulai dari perangkat keras hingga sistem informasi kesehatan. Karena di lapangan nanti, tenaga kesehatan digital harus bisa berpikir sistematis dan menyelesaikan masalah secara mandiri,” jelasnya.

Melalui kegiatan sederhana namun bermakna ini, STIKes St. Elisabeth menunjukkan diri sebagai kampus yang mengintegrasikan ilmu kesehatan dengan teknologi informasi.
Kegiatan praktik seperti perakitan PC membentuk mahasiswa yang siap menghadapi dunia kerja yang serba digital, tanpa kehilangan nilai-nilai kemanusiaan dan pelayanan.
STIKes St. Elisabeth percaya bahwa profesionalisme di bidang kesehatan masa depan tidak hanya ditentukan oleh kemampuan klinis, tetapi juga oleh penguasaan teknologi dan kemampuan berpikir kritis. Karena itu, dengan praktik seperti ini, mahasiswa Informatika Medis STIKes St. Elisabeth tidak hanya belajar merakit komputer, tetapi juga merakit masa depan. (Penulis: Christian Romario)
