Maumere, Berita STIKES St. Elisabeth — Sebanyak 81 mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) St. Elisabeth Keuskupan Maumere resmi mengikuti prosesi Yudisium dan Pengukuhan Alumni Perdana, Senin (6/10/2025). Momen bersejarah ini menandai lahirnya lulusan pertama sejak Akademi Keperawatan (Akper) St. Elisabeth bertransformasi menjadi STIKES.

Suasana yudisium yang digelar di kampus itu berlangsung penuh haru. Mahasiswa perwakilan, Dominika Rosario Mertino, dalam sambutannya menitikkan air mata saat mengenang perjalanan panjang mereka selama menempuh pendidikan.
“Kami punya harapan tidak hanya menjadi perawat yang cakap secara ilmu, tetapi juga punya empati. Sukses bukan tentang siapa yang cepat, tapi siapa yang bertahan dengan hati yang baik.. Kami berjanji akan menjaga nama baik almamater STIKES St. Elisabeth Keuskupan Maumere,” ujar penuh haru mahasiswa yang akrab disapa Butet.
Ia juga menegaskan makna kebersamaan yang tumbuh di antara para mahasiswa, dosen, pegawai, dan civitas akademi sejak awal berdirinya STIKES.

“Kita angkatan pertama yang menjadi dasar bagi semua angkatan yang akan datang. Kita adalah orang asing yang bertemu di rumah ini dan menjadi keluarga. Semoga keluarga ini selamanya tidak kehilangan rasa,” tuturnya.
Sementara itu, dalam sambutannya, Ketua STIKES St. Elisabeth, Maria Kornelia Renggi Kuwa, menyebut yudisium perdana ini ibarat momen lahirnya “anak pertama” di keluarga besar STIKES.
“Kalian adalah angkatan perdana STIKES St. Elisabeth Kesukupan Maumere. Namun ini, bukan akhir perjalanan akademik, tapi awal babak baru menuju dunia kerja,” ujar Kornelia yang kini juga sedang menjalani studi doktoralnya.
Ia mengakui bahwa proses menuju yudisium perdana tidak selalu mudah. Ada dinamika, perdebatan, dan ketegangan antara dosen, namun semua dijalani demi menjaga integritas lulusan.
“Kami berdebat tentang kalian karena kami peduli. Tetapi kami bersatu kembali untuk tujuan utama yakni masa depan kalian. Rasa sayang kami sampai diujung. Kisah ini menjadi cermin bahwa jika kalian menunda kewajiban dan tidak disiplin, maka akibatnya bukan hanya menunda proses akademik, tetapi menunda juga masa depan kalian. Disiplin memang diperlukan dalam dunia kesehatan. Seorang perawat tidak boleh menuda tugas. Mesti bekerja cepat dan tepat ,” tegasnya.

Acara juga dihadiri oleh Wakil Ketua I Bidang Akademik RD. Marthon Wega, Wakil Ketua II RD. Gabriel Mane, para ketua program studi, dosen, dan pegawai. Sementara itu, 81 peserta yudisium tampil anggun mengenakan pakaian adat daerah, mencerminkan keberagaman budaya yang hidup di kampus. Mereka adalah 81 cerita angkatan perdana sekaligus fondasi dari warisan kasih yang akan diteruskan oleh generasi berikutnya. (Penulis: Christian Romario).
